Hari Minggu kemarin kayaknya saya jadi manusia paling sibuk sedunia. Dunia saya sendiri maksudnya. Pagi ikut jalan sehat di tempat kerja, siangan dikit hunting foto di hutan kota, dan sorenya hadir di gathering fandom lanjut nanem benih bunga matahari. Malamnya rebahan males-malesan sambil sekrol twitter nyari meme (ini unfaedah sekali). Anyway yang mau saya jadikan sorotan di postingan ini tentu saja kegiatan hunting foto di 'Hutan Kota Malabar'. Ceritanya saya udah bosen nungguin undian door prize pasca jalan sehat karena udah yakin nggak bakal dapet seperti jalan sehat-jalan sehat sebelumnya. Jadilah saya ngajak my partner in crime untuk melarikan diri ke 'Hutan Kota Malabar'. Satu-satunya foto yang saya ambil di venue jalan sehat xD Kami, eh tepatnya saya sih, dari dulu udah pingin banget nengok salah satu hutan kota yang ada di Malang ini. Cuman nggak jadi-jadi terus, entah alasannya apa saya lupa sangking banyaknya. Berhubung teman saya ini mau nikah akhir
Saya pernah dong, mehehe *songong*. Setelah beberapa belas tahun berlalu akhirnya saya kembali menginjakkan kaki di tempat wisata Telaga Sarangan. Telaga Sarangan terletak di kaki Gunung Lawu, Kecamatan Plaosan, Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Hujan rintik-rintik siang itu sama sekali enggak menghalangi saya dan dua orang teman saya untuk berkeliling menikmati hawa sejuk khas pegunungan disana. Karena kami bertiga semua adalah perempuan berjiwa agak narsis jadi ya setiap ada kesempatan langsung selfie, hehehe.
Saya memilih jalan kaki mengelilingi Telaga Sarangan karena beberapa alasan. Pertama, waktu masih kecil kesana dulu saya enggak sempat (atau lebih tepatnya enggak kepikiran) untuk jalan-jalan keliling telaga. Sempat ingin keliling sambil naik kuda tapi enggak jadi. Kedua, saya ingin berpetualang lagi seperti saat masih kuliah. Sejak masuk dunia kerja, waktu saya banyak habis di depan komputer dan di dalam ruangan. Ketiga, pemandangannya bagus banget! Saya ingin mengabadikan pemandangan itu dari berbagai sudut! Beneran deh pemandangannya kayak enggak berubah dari dulu (atau ada yang berubah tapi kelamaan enggak kesana jadi enggak tau, lol, whatever).
Foto pemandangan yang saya ambil dari titik awal perjalanan. Itu Gunung Lawu bukan? Kalau ada yang tau tolong kasih tau ya, makasih~ |
Perjalanan pun dimulai. Jalannya agak becek setelah diguyur hujan, sambil foto-foto kami berpapasan dengan siswa-siswi SD yang sepertinya habis keliling jalan kaki juga *wah ada saingannya*. Makin lama makin banyak yang berpapasan dari arah yang berlawanan...jangan-jangan...tuh kan bener...kami salah arah, wakakakaka. Sudah sepertiga perjalanan pula, enggak mungkin kan balik lagi jadi ya jalan terus dong! Oooh ternyata ada wahana outbond disana, ada lebih banyak lapak sate kelinci juga, dan ada lebih banyak pasangan muda-mudi yang pacaran juga.
Foto pemandangan yang saya ambil di sepertiga perjalanan. Saya tiba-tiba kepikiran motel tempat menginap waktu pertama datang ke Telaga Sarangan dulu letaknya disana apa bukan. |
Dapat setengah perjalanan, sampailah kami di area yang ada tulisan besar “TELAGA SARANGAN”. Disitu kami sempat turun mendekati telaga, ada semacam “pulau kecil” di tengah telaga. Sayang tidak ada jembatan penghubung masuk ke situ, padahal penasaran banget sama tanaman yang ada di dalamnya. Siapa tau kan ada kebun jambu jadi bisa sekalian wisata petik buah *ngelunjak*. Puas berfoto di dekat telaga, kami kembali meneruskan perjalanan. Langkah kaki agak kami percepat karena...hujan turun lagi! Untungnya sudah dekat dengan titik awal kami berangkat tadi. Nah ini yang agak geli, kami jalan bertiga tapi bawa payung hanya satu. Enggak ada satu pun dari kami yang berminat untuk buka payung toh memang karena sudah dekat dengan mobil, hujan enggak terlalu deras cuma rintik-rintik kecil, dan males ribet *alasan*. Seorang nenek-nenek penjual sate kelinci yang kami lewati tiba-tiba nyeletuk (dalam bahasa Jawa) ke teman saya yang membawa payung, “Lhoh mbak-nya bawa payung tapi enggak dipake!” HAHAHAHAHA mungkin pikir si nenek kami enggak ngerti bahasa Jawa kali ya. Ya udah saya nyeletuk juga (dalam bahasa Jawa) ke teman saya itu “Eh kamu dikatain sama nenek itu bawa payung tapi enggak dipake! Hahaha”. Biar si nenek tau aja sih kalau kami ini orang Jawa juga. Kkk~ mianhaeyo nenek-ssi~
Banyak anak-anak muda seumuran saya yang berfoto-foto ria di tempat ini. Mau foto ala Syahrini tiduran di atas rumput pun bisa dilakukan disini. |
Ini lho yang saya katakan semacam “pulau kecil” di tengah telaga. Kelihatan enggak? Enggak ya, terlalu gelap :( |
Oiya ada info tambahan yang saya dapat dari instagram INSTANUSANTARA. Telaga Sarangan dikenal juga sebagai Telaga Pasir. Menurut cerita, awalnya telaga ini berupa ladang milik seorang petani bernama Kyai Pasir *Kyai Pasir ini pasti orangnya kaya banget ya punya ladang SEGEDE itu*. Suatu ketika, terjadi sebuah peristiwa yang menimpa Kyai Pasir dan istrinya yang mengakibatkan ladang mereka berubah menjadi telaga *banjir atau sumber air sumurnya keluar ke permukaan, bisa jadi*. Telaga Sarangan merupakan objek wisata andalan Magetan. Telaga Sarangan memiliki beberapa kalender event penting tahunan, yaitu Labuh Sesaji pada Jumat Pon bulan Ruwah, liburan sekolah di pertengahan tahun, Ledug Sura 1 Muharram, dan pesta kembang api di malam pergantian tahun *jadi waktu saya kesana lagi enggak ada apa-apa, awal Desember (masih bulan Safar sepertinya)*.
Semoga bermanfaat!
P.S. Kalau mau naik speed boat keliling telaga bisa lho, harganya sekitar enam puluh ribu rupiah. Saya dan kedua teman saya enggak sempat naik soalnya hujan makin deras. Sedih?: Enggak dong kan dulu udah pernah, yang nyetir bapak saya sendiri lagi. Enggak tau kalau dua teman saya yang lain, wekekekek *ditimpuk payung*
Speed boat-speed boat yang sedang parkir menunggu hujan deras reda. |
Komentar
Posting Komentar