Langsung ke konten utama

Kabur ke 'Hutan Kota Malabar'

Hari Minggu kemarin kayaknya saya jadi manusia paling sibuk sedunia. Dunia saya sendiri maksudnya. Pagi ikut jalan sehat di tempat kerja, siangan dikit hunting foto di hutan kota, dan sorenya hadir di gathering fandom lanjut nanem benih bunga matahari. Malamnya rebahan males-malesan sambil sekrol twitter nyari meme (ini unfaedah sekali). Anyway yang mau saya jadikan sorotan di postingan ini tentu saja kegiatan hunting foto di 'Hutan Kota Malabar'. Ceritanya saya udah bosen nungguin undian door prize pasca jalan sehat karena udah yakin nggak bakal dapet seperti jalan sehat-jalan sehat sebelumnya. Jadilah saya ngajak my partner in crime untuk melarikan diri ke 'Hutan Kota Malabar'. Satu-satunya foto yang saya ambil di venue jalan sehat xD Kami, eh tepatnya saya sih, dari dulu udah pingin banget nengok salah satu hutan kota yang ada di Malang ini. Cuman nggak jadi-jadi terus, entah alasannya apa saya lupa sangking banyaknya. Berhubung teman saya ini mau nikah akhir

Udah Setahun Jadi Sarjana :D

Alhamdulillah…perjuangan selama empat (setengah) tahun di bangku kuliah strata satu berakhir dengan distempelnya skripsi (dan ijasah tentunya) tertanggal 13 Januari 2014. Yeay! Perjuangan merampungkan skripsi yang penuh tetesan keringat, air mata, dan darah (dua yang terakhir bohong) masih melekat kuat di ingatan. Masih terbayang betapa bahagianya saat mengajukan topik skripsi ke ruang dosen dan langsung disetujui (emmm…pernah ditolak sekali sih) (ya itu namanya bukan langsung disetujui) (iya deh iya) *berantem sama diri sendiri* yang kemudian dilanjutkan minta izin ke orangtua supaya sawah di deket rumah dikeringkan untuk lahan penelitian (I’m studying agriculture btw), dan serangkaian kegiatan studi literatur dan studi internet sambil twitteran dan download MV K-Pop penyusunan proposal penelitian sampai akhirnya seminar proposal.

Kemudian drama dimulai…


Orangtua saya kan enggak paham soal perlakuan penelitian ya, jadi begitu petak-petak di sawah jadi terus saya bilang “petak ini enggak usah diapa-apain, kalau yang ini dicangkul cuma di barisan yang nanti ditanami aja, yang kalau yang ini dicangkul semua” bapak-ibu saya kompak bilang “ya enggak bisa aneh-aneh gitu, kalau dicangkul ya dicangkul semua, besok tukangnya udah ngerjain lahan yang lain” “…”. Cobaan pertama itu berhasil saya lewati dengan pelan-pelan menjelaskan kepada orangtua saya kalau penelitian itu memang harus “aneh-aneh” seperti itu. Singkat cerita setelah hitung-hitungan hari tanam (pranata mangsa kalau kata orang Jawa) saya mengajak teman sebanyak-banyaknya untuk membantu tanam. Ini penting ya kalau penelitiannya di lahan kayak saya. Soalnya lahan itu ternyata luas banget, beda kalau di rumah kaca. Dulu awalnya saya sok-sok-an bisa menanam berdua saja di lahan tapi pengaplikasian kompos merubah segalanya. Iya, sebelum tanam kan lahannya dikasih kompos dulu dengan dosis yang beda-beda dan dikerjakan hanya oleh tiga orang. Saya, teman sepenelitian saya, dan teman saya yang cowok. Meeen udahlah capeknya enggak ketulungan.

Pasca tanam udah agak enteng dikit agendanya. Tinggal kasih pupuk, atur irigasi lahan, ukur tinggi tanaman, sama ambil sampel tanah. Yang terkahir yang agak ribet. Dan setelahnya lebih ribet lagi, hahaha. Analisis tanah di laboratorium antri panjang sampai berbulan-berbulan dan agak sedikit gontok-gontokan sama penjaga laboratoriumnyaaaaa (bapaknya baik banget tapi). Tolong-menolong sesama pengguna laboratorium is a must lah ya, seru bisa sambil gosipan penjaga laboratoriumnya XD

Singkat cerita sampailah penelitian saya pada tahap analisis data statistik menggunakan SPSS dan menyusun bab keramat alias bab hasil dan pembahasan yang kalau kita sendirinya tidak bertekad menyelesaikannya maka akan molor lagi sampai bersemester-semesterminggu-minggu. Lanjut bolak-balik konsultasi ke dosen pembimbing sampai akhirnya disetujui untuk seminar hasil dan (revisi-konsultasi-revisi-konsultasi-revisi-konsultasi-berkali-kali) sidang!

WOW one step closer to get Sarjana Pertanian title! Tepat sehari sebelum sidang, malamnya saya enggak bisa tidur sampai jam dua pagi! Duh nangis sendirian di kamar malem-malem, huhuhu. Alhamdulillah tanpa sadar tiba-tiba teler sendiri dan bangun subuh. Paginya langsung cus ke kampus untuk sidang. Kurang lebih dua jam di dalam ruang sidang dan…segala puji hanya bagi Allah Tuhan seru sekalian alaaaaam…saya dan teman saya lancar menjalaninya! Woohoo! Revisi pasca sidang…tetep ya enggak bisa enggak. Setelah dosen pembimbing dan penguji puas dengan hasil revisi saya barulah pergi ke tukang jilid skripsi. Tiga hari kemudian skripsi jadi, distempel, diserahkan ke perpustakaan sama dosen pembimbing, satu disimpen sendiri biar bisa diceritakan ke anak-cucu nanti.

Udah nih selesai dramanya?

Drama skripsi sih udah, drama cari kerja habis lulus yang belum *kapan-kapan aja dibahasnya*

Bersyukur, bersyukur, dan bersyukur. Semuanya terbalas sudah. Puas banget, plong rasanya. Apalagi waktu wisuda, orangtua saya datang (untuk pertama kalinya ke kampus) dan menyaksikan anaknya yang cum laude bersalaman dengan Pak Rektor. Sungguh tiada kata-kata yang dapat menggambarkan perasaan bahagia saya waktu itu *lebay banget bahasanya* Kalau punya kekuatan time control kayak Tao gitu mungkin saya bakal rewind-rewind terus wisudanya, wkwkwk.

Indah sekali.

Untuk rekan-rekan sekalian dimanapun kalian berada dan sedang menjalani proses skripsi, jalanilah dengan semangat karena nanti hasilnya (insyaAllah) tidak akan mengecewakan :) SEMANGAT!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kabur ke 'Hutan Kota Malabar'

Hari Minggu kemarin kayaknya saya jadi manusia paling sibuk sedunia. Dunia saya sendiri maksudnya. Pagi ikut jalan sehat di tempat kerja, siangan dikit hunting foto di hutan kota, dan sorenya hadir di gathering fandom lanjut nanem benih bunga matahari. Malamnya rebahan males-malesan sambil sekrol twitter nyari meme (ini unfaedah sekali). Anyway yang mau saya jadikan sorotan di postingan ini tentu saja kegiatan hunting foto di 'Hutan Kota Malabar'. Ceritanya saya udah bosen nungguin undian door prize pasca jalan sehat karena udah yakin nggak bakal dapet seperti jalan sehat-jalan sehat sebelumnya. Jadilah saya ngajak my partner in crime untuk melarikan diri ke 'Hutan Kota Malabar'. Satu-satunya foto yang saya ambil di venue jalan sehat xD Kami, eh tepatnya saya sih, dari dulu udah pingin banget nengok salah satu hutan kota yang ada di Malang ini. Cuman nggak jadi-jadi terus, entah alasannya apa saya lupa sangking banyaknya. Berhubung teman saya ini mau nikah akhir

Liked Tweets #1: Traveling, Health, Family, and Ray

cr: mohammad_hassan on Pixabay.com Jumat kemarin saya nggak sengaja lihat angka twit-twit yang pernah saya like dan kaget dong angkanya 400 lebih. Isinya kebanyakan artikel yang judulnya menarik menurut saya, dikumpulin di 'Likes' untuk dibaca kalau lagi senggang. Nyatanya ya nggak dibaca-baca sampai Jumat kemarin hahaha. Dalam rangka merampingkan angka liked tweets (yang buat saya pribadi penting karena saya nggak suka 'Likes' kebanyakan soalnya nanti twit yang beneran penting banget pasti kekubur), saya mulai baca satu per satu twit yang pernah saya like itu. Supaya isi artikel nggak menguap, maka saya tulis ulang di blog ini hehehe. Topiknya campur-campur seperti yang ada di judul postingan ini. Cus~~~ Traveling Masa Kini menurut Trinity Trinity adalah travel writer perempuan dari Indonesia. Buku-bukunya pernah saya review di postingan-postingan ini: [Books] Quick Review The Naked Traveler 1-4 [Books] My Opinion about The Naked Traveler 1 YEAR Round-the-World-Trip

Sierra Burgess is A Loser: Terlalu Manis untuk Disinisin

Hulaaa! Hari ini saya mau bahas tentang sebuah film remaja dari Netflix yang judulnya sudah tertera di judul postingan ini. Tumben nulis satu film di satu postingan, biasanya beberapa film dirapel jadi satu? Hehehe lagi rajin. Postingan ini boleh dibilang sebagai review, tentunya review level recehan. Review sungguhan biarlah menjadi tugas para kritikus film di berbagai website bereputasi. Sebenarnya nggak ada hal baru yang diangkat di film ini. Topiknya masih tentang krisis percaya diri remaja, geng-gengan di sekolah, dan cinta monyet ala anak SMA. Buat yang sudah melewati masa-masa itu pasti nggak akan asing dengan hal-hal tersebut. Ternyata remaja dulu dan sekarang ya kurang lebih sama aja masalah yang dihadapi. Sierra Burgess seorang anak SMA yang tidak populer (and she dgaf about it) , cerdas, menjadi anak emas di pelajaran bahasa karena keindahan puisi karyanya, dan sesungguhnya sedang berada di dalam perang melawan ketidakpedean di dalam benaknya. Berbeda dengan Veronica seorang