Hari Minggu kemarin kayaknya saya jadi manusia paling sibuk sedunia. Dunia saya sendiri maksudnya. Pagi ikut jalan sehat di tempat kerja, siangan dikit hunting foto di hutan kota, dan sorenya hadir di gathering fandom lanjut nanem benih bunga matahari. Malamnya rebahan males-malesan sambil sekrol twitter nyari meme (ini unfaedah sekali). Anyway yang mau saya jadikan sorotan di postingan ini tentu saja kegiatan hunting foto di 'Hutan Kota Malabar'. Ceritanya saya udah bosen nungguin undian door prize pasca jalan sehat karena udah yakin nggak bakal dapet seperti jalan sehat-jalan sehat sebelumnya. Jadilah saya ngajak my partner in crime untuk melarikan diri ke 'Hutan Kota Malabar'. Satu-satunya foto yang saya ambil di venue jalan sehat xD Kami, eh tepatnya saya sih, dari dulu udah pingin banget nengok salah satu hutan kota yang ada di Malang ini. Cuman nggak jadi-jadi terus, entah alasannya apa saya lupa sangking banyaknya. Berhubung teman saya ini mau nikah akhir
Entah kenapa waktu saya kecil yang terbayang di benak saya tentang Coban Rondo adalah tempat wisata yang cuma dikunjungi sama nenek-nenek. Mungkin karena nenek-nenek di desa saya kebanyakan sudah berstatus rondo alias janda makanya terbentuk imej seperti itu terhadap Coban Rondo di benak saya.
Meskipun Coban Rondo ada di Kabupaten Malang, saya baru kemarin mengunjunginya. Hehehe. Bertolak dari Omah Kayu di Gunung Banyak Kota Batu, sekitar pukul 11.30 WIB saya dan teman saya berangkat menuju Coban Rondo. Arah menuju Coban Rondo cukup jelas karena tersedia papan penunjuk jalan. Dengan tiket seharga nggak sampai dua puluh ribu rupiah satu orang, saya memacu sepeda motor memasuki kawasan wisata Coban Rondo. Jalan untuk kendaraan bermotor sudah bagus.
Sepemahaman saya, kawasan wisata Coban Rondo dibagi jadi tiga bagian: bagian pertama area perkemahan, bagian kedua area taman dan labirin, bagian ketiga area air terjun. Saya dan teman saya menuju ke area air terjun dulu.
Air terjun Coban Rondo berasal dari sumber mata air Cemoro Dudo. Air terjun ini memiliki ketinggian 84 meter dan terletak di 1.135 meter di atas permukaan laut. Pertama kali digunakan untuk obyek wisata pada tahun 1980.
Kenapa sih namanya Coban Rondo?
Jadi legendanya begini:
Ada seorang putri bernama Dewi Anjarwati dari Gunung Kawi menikah dengan Raden Baron Kusuma dari Gunung Anjasmoro. Di usia pernikahan yang menginjak 36 hari (selapan), Dewi Anjarwati mengajak suaminya ke Gunung Anjasmoro. Mungkin niatnya honeymoon sekalian jalan-jalan di kampung halaman suami dan menjenguk mertua. Karena masih selapan, orang tua Dewi Anjarwati nggak kasih ijin mereka untuk kesana. Dewi Anjarwati dan Raden Baron Kusuma bersikeras tetap pergi dengan segala konsekuensi.
Di tengah jalan, mereka dikejutkan dengan kehadiran seorang pria antah-berantah bernama Joko Lelono. Joko Lelono terpesona dengan kecantikan Dewi Anjarwati dan berusaha merebutnya dari tangan Raden Baron Kusuma. Perkelahian pun terjadi, Raden Baron Kusuma berpesan kepada para pengawalnya untuk menyembunyikan istri tercintanya di tempat yang ada air terjunnya (air terjun = coban).
Raden Baron Kusuma dan Joko Lelono sama-sama gugur dalam perkelahian. Dengan demikian, Dewi Anjarwati menjadi seorang janda (rondo). Konon batu besar di bawah air terjun merupakan tempat duduk sang putri. Dari legenda itulah air terjunnya dinamakan Coban Rondo. *moral of the story: listen to your parents*
Ada seorang putri bernama Dewi Anjarwati dari Gunung Kawi menikah dengan Raden Baron Kusuma dari Gunung Anjasmoro. Di usia pernikahan yang menginjak 36 hari (selapan), Dewi Anjarwati mengajak suaminya ke Gunung Anjasmoro. Mungkin niatnya honeymoon sekalian jalan-jalan di kampung halaman suami dan menjenguk mertua. Karena masih selapan, orang tua Dewi Anjarwati nggak kasih ijin mereka untuk kesana. Dewi Anjarwati dan Raden Baron Kusuma bersikeras tetap pergi dengan segala konsekuensi.
Di tengah jalan, mereka dikejutkan dengan kehadiran seorang pria antah-berantah bernama Joko Lelono. Joko Lelono terpesona dengan kecantikan Dewi Anjarwati dan berusaha merebutnya dari tangan Raden Baron Kusuma. Perkelahian pun terjadi, Raden Baron Kusuma berpesan kepada para pengawalnya untuk menyembunyikan istri tercintanya di tempat yang ada air terjunnya (air terjun = coban).
Raden Baron Kusuma dan Joko Lelono sama-sama gugur dalam perkelahian. Dengan demikian, Dewi Anjarwati menjadi seorang janda (rondo). Konon batu besar di bawah air terjun merupakan tempat duduk sang putri. Dari legenda itulah air terjunnya dinamakan Coban Rondo. *moral of the story: listen to your parents*
Sejuk, rindang, hijau, indah, rapi. Itulah deskripsi taman di sekitar air terjun. Bikin betah berlama-lama disitu. Toilet dan mushola tersedia. Urusan air bersih nggak usah ditanya, juara pokoknya. Melimpah ruah. Airnya dingin khas air sumber pegunungan.
Lanjut turun ke area labirin. Begitu masuk ke labirin berasa ikut turnamen Triwizard di Harry Potter. Bedanya akar-akar pohon labirin di Coban Rondo nggak jail, nggak ada portkey bentuk piala di pusat labirin, sama nggak ada Cedric Diggory. HAHAHAHA YAKALIK.
Waktu itu saya kesana barengan sama geng double date. Pasangan satu jadi pengarah gaya sekaligus fotografer dari atas, pasangan dua sebagai model. Posenya si cowok berlutut mencium punggung tangan si cewek di salah satu lorong labirin. *kemudian hening* *awkward*
Waktu itu saya kesana barengan sama geng double date. Pasangan satu jadi pengarah gaya sekaligus fotografer dari atas, pasangan dua sebagai model. Posenya si cowok berlutut mencium punggung tangan si cewek di salah satu lorong labirin. *kemudian hening* *awkward*
Sekedar tips aja sih, kalo ke labirin Coban Rondo minimal bertiga aja. Biar kalo yang dua masuk labirin, yang satu jadi penunjuk jalan sekaligus fotografer dari atas. Kalo terpaksa pergi berdua ya udah sik ngintil aja rombongan yang ada penunjuk jalannya lol, sama bawa tongsis (opsional sih kalo ini, selfie dengan mengandalkan kepanjangan tangan yang nggak sepanjang tongsis juga seru kok). Tiket masuk labirin ini hanya sepuluh ribu rupiah saja.
Mau bersepeda di sekitar taman deket labirin bisa juga, sewa sepedanya sepuluh ribu rupiah untuk satu jam (seinget saya). Ada juga wahana paint ball dan panahan, tapi pas saya kesana nggak ada mas-masnya yang jaga.
Ada green house anggrek juga yang gratis untuk dikunjungi, nggak terlalu banyak emang anggrek di dalamnya tapi ya lumayan lah.
Ada juga tanaman hias baik yang berbunga maupun yang nggak berbunga dijual disana. Kalo cuma pingin foto-foto tanamannya aja boleh kok biarpun nggak beli. Saya. MUHAHAHAHAHA.
Ada green house anggrek juga yang gratis untuk dikunjungi, nggak terlalu banyak emang anggrek di dalamnya tapi ya lumayan lah.
Ada juga tanaman hias baik yang berbunga maupun yang nggak berbunga dijual disana. Kalo cuma pingin foto-foto tanamannya aja boleh kok biarpun nggak beli. Saya. MUHAHAHAHAHA.
Saya kesana kan di penghujung musim kemarau tahun 2015 kemarin, nah suara serangga-serangga khas musim kemarau nyaring banget terdengar di pepohonan di dalam taman.
Bisa saya bilang kalo Coban Rondo adalah tempat healing yang asik. Enak untuk refreshing dari rutinitas sehari-hari. Medannya insyaAllah nggak bahaya selama nggak banjir. Mata dapat pemandangan segar, paru-paru dapat udara segar, pikiran ikutan segar pada akhirnya. :D
See you on my next post!
XO
Komentar
Posting Komentar