Hari Minggu kemarin kayaknya saya jadi manusia paling sibuk sedunia. Dunia saya sendiri maksudnya. Pagi ikut jalan sehat di tempat kerja, siangan dikit hunting foto di hutan kota, dan sorenya hadir di gathering fandom lanjut nanem benih bunga matahari. Malamnya rebahan males-malesan sambil sekrol twitter nyari meme (ini unfaedah sekali). Anyway yang mau saya jadikan sorotan di postingan ini tentu saja kegiatan hunting foto di 'Hutan Kota Malabar'. Ceritanya saya udah bosen nungguin undian door prize pasca jalan sehat karena udah yakin nggak bakal dapet seperti jalan sehat-jalan sehat sebelumnya. Jadilah saya ngajak my partner in crime untuk melarikan diri ke 'Hutan Kota Malabar'. Satu-satunya foto yang saya ambil di venue jalan sehat xD Kami, eh tepatnya saya sih, dari dulu udah pingin banget nengok salah satu hutan kota yang ada di Malang ini. Cuman nggak jadi-jadi terus, entah alasannya apa saya lupa sangking banyaknya. Berhubung teman saya ini mau nikah akhir
Makna patung buaya dan hiu yang jadi landmark kota Surabaya ternyata adalah gambaran keberanian masyarakat Surabaya pada masa lampau, yang berhasil mengalahkan pasuka perang dari negeri Tiongkok yang datang dengan kapal-kapal laut. Kemenangan tersebut direfleksikan dengan buaya yang sedang menggigit hiu. Buaya menggambarkan orang-orang Surabaya dan hiu menggambarkan pendatang dari Tiongkok (sumber: nurulnoe.com) |
Dari aplikasi kamus English-English di ponsel saya:
Backpacking (n): low-cost, generally urban, travel with minimal luggage and frugal accomodation.
Bisa lah jalan-jalan saya ke Surabaya di hari Minggu awal Februari kemarin dimasukkan kategori backpacking. Hihihi. Tapi jangan dibandingin sama backpacking-nya backpacker yang jalan-jalan ke luar negeri atau ke tempat-tempat wisata dalam negeri yang bertemakan my trip my adventure lho ya, kebanting akunya. Backpacking ala-ala deh ya, ehehe. Berangkat dari Malang ke Surabaya naik kereta ekonomi, terus dari satu tujuan ke tujuan lain di Surabaya naik angkot.
Kami bertiga nggak dapat tempat duduk, jadi berdiri di dekat pintu keluar-masuk kereta. Berdiri pulang-pergi total sekitar enam jam. Alhamdulillah masih muda dan bertenaga, capek banyak nggak masalah.
Hampir Mewek di Museum Sepuluh November
Turun di stasiun Surabaya Kota, kami bertiga jalan kaki menuju Monumen Tugu Pahlawan. First impression: Tugu Pahlawannya tinggi banget woy!
Monumen Tugu Pahlawan didirikan tanggal 10 November 1951 dan diresmikan setahun berikutnya oleh Presiden Soekarno. Monumen ini tingginya 41,15 meter dengan diameter atas 1,3 meter dan diameter bawah 3,1 meter. Hmmm...such a pretty number.
Monumen Tugu Pahlawan didirikan tanggal 10 November 1951 dan diresmikan setahun berikutnya oleh Presiden Soekarno. Monumen ini tingginya 41,15 meter dengan diameter atas 1,3 meter dan diameter bawah 3,1 meter. Hmmm...such a pretty number.
sumber |
Patung Bung Karno dan Bung Hatta sewaktu membaca teks proklamasi siap menyambut siapa saja yang akan masuk ke lapangan Tugu Pahlawan. Di bawah patung tersebut ada plat warna emas berukirkan teks proklamasi.
Banyak tanaman dan pohon di sekeliling lapangan. Masing-masing pohon ditempeli nama umum dan nama ilmiahnya. Tempat duduk juga banyak tersedia. Terdapat patung-patung pahlawan pertempuran 10 November (beserta identitasnya) di area taman Tugu Pahlawan.
Museum Sepuluh November berada di belakang Tugu Pahlawan. Letaknya underground. Atap museum ini mengingatkan saya ke Museum Louvre di Paris, Perancis.
Koleksi museum ini di antaranya senjata arek-arek Suroboyo sewaktu bertempur dengan tentara Sekutu, alat-alat P3K, helm tentara, replika bambu runcing, senjata tentara Sekutu yang dirampas arek-arek Suroboyo, handycam dan tustel jaman dulu, diorama statis pidato Bung Tomo, sepeda onthel, foto-foto Surabaya jaman perang dulu, ilustrasi lukisan perang, serta uang jaman dulu. Pelajaran Sejarah SD-SMP-SMA banget pokoknya.
Melihat koleksi-koleksi tersebut saya hampir mewek karena membayangkan betapa kerasnya perjuangan para pahlawan dalam mempertahankan kemerdekaan tanah air tercinta sampai rela mengorbankan jiwa, raga, dan harta. Seketika jiwa nasionalisme berkobar. T_____T
sumber |
Koleksi museum ini di antaranya senjata arek-arek Suroboyo sewaktu bertempur dengan tentara Sekutu, alat-alat P3K, helm tentara, replika bambu runcing, senjata tentara Sekutu yang dirampas arek-arek Suroboyo, handycam dan tustel jaman dulu, diorama statis pidato Bung Tomo, sepeda onthel, foto-foto Surabaya jaman perang dulu, ilustrasi lukisan perang, serta uang jaman dulu. Pelajaran Sejarah SD-SMP-SMA banget pokoknya.
Senjata tentara Sekutu |
Helm pejuang dan tas P3K |
Replika bambu runcing |
Tustel jaman dulu |
Handycam jaman dulu |
Sepeda onthel |
Lukisan favorit saya di Museum Sepuluh November Judulnya "Semangat Mengabdi, The Spirit of Patriotism" |
Melihat koleksi-koleksi tersebut saya hampir mewek karena membayangkan betapa kerasnya perjuangan para pahlawan dalam mempertahankan kemerdekaan tanah air tercinta sampai rela mengorbankan jiwa, raga, dan harta. Seketika jiwa nasionalisme berkobar. T_____T
Mengintip Isi Kapal Selam di Monumen Kapal Selam
Kami naik angkot N dari Tugu Pahlawan ke Monumen Kapal Selam (Monkasel) di Jl. Pemuda. Ada apa di Monkasel? Ada kapal selam di daratan.
Tulisan keterangan bagian-bagian kapal selam banyak tersedia, kadang juga disertai keterangan yang rada panjang. Buat saya yang nggak ngerti soal mesin sih lewat aja udah, wkwk, males baca. Mungkin kalo dulu ada guide yang jelasin tentang bagian ini fungsinya ini, bagian itu fungsinya itu, dll dkk dsb, (mungkin) saya akan sedikit antusias berada di dalam kapal selamnya.
Penampilan mesin di salah satu sudut kapal selam |
Sejenak Menikmati Taman Bungkul
Tujuan terakhir kami hari itu adalah Taman Bungkul di kawasan Darmo. Naik angkot V dari Monumen Kapal Selam, turun tepat di depan Taman Bungkul.
Saya penasaran banget sama Taman Bungkul karena (denger dari media) merupakan hasil nyata kepemimpinan Ibu Tri Risma Harini (walikota Surabaya) yang berhasil mengubah Surabaya menjadi lebih sejuk. Dan yeah memang sejuk tamannya, bersih dan tertata rapi. Menyenangkan!
Salah satu bunga anggrek di Taman Bungkul |
Ada area lingkaran luas di tengah-tengah taman. Banyak anak-anak kecil nerbangin pesawat-pesawatan di dalamnya, ortunya nungguin di bangku di sekeliling area lingkaran itu. Terus banyak remaja-remaja latihan cover dance, salah satunya pake kaos bertuliskan SEHUN di bagian punggungnya.
Yang rada annoying, preman-premannya nggak sungkan godain cewek yang kelihatan duduk sendirian. Untungnya banyak polisi PP yang berjaga disana, jadi kekhawatiran ada tindakan kejahatan sedikit berkurang.
Pulangnya kami naik angkot plat V lagi dan turun di depan DTC (Darmo Trade Center). ADA YA TERNYATA ANGKOT YANG NURUNIN PENUMPANG DI DEPAN PINTU MALL. XD #aku #anak #kamffungan Masuk ke DTC untuk menuju stasiun Wonokromo di belakang mall-nya dan cus balik Malang. :D
Hal yang Kami Siapkan Sebelum Backpackeran
1. Temen jalan, saya nggak mau jalan-jalan sendirian ke tempat baru. Takut nyasar dan dimanfaatkan orang tak bertanggungjawab. *cemen*
2. Browsing angkutan umum yang menuju ke setiap destinasi. Kalo mentok nggak ada di internet, nanya temen yang domisili disana atau yang pernah ke sana.
3. Stamina (udah kayak mau naik gunung)
4. Smartphone yang full charged. Saya sendiri kalo lagi jalan-jalan jarang banget mengaktifkan paket data internet, tujuannya nggak lain dan nggak bukan ya ngirit batre. Hahaha. Males bawa-bawa powerbank. *ya padahal nggak punya sih* *BELI DONG* *TAR AJA KALO EMANG BUTUH BANGET*
5. Barang-barang pribadi cem tisu, tisu basah, minyak angin, air mineral, dll (disesuaikan dengan masing-masing individu)
6. Uang tunai, naruhnya dipisah-pisah.
Rincian Biaya Backpackeran Kali Ini *ciyeee akhirnya ngomomgin budget*
Tiket kereta ekonomi Malang-Surabaya PP = Rp. 24.000
Tiket masuk Museum Sepuluh November = Rp. 5.000
Tiket masuk Monkasel = Rp. 10.000
Naik angkot N = Rp. 5.000
Naik angkot V yang pertama = Rp. 5.000
Naik angkot V yang kedua = Rp. 3.000
Makan (mi seduh dua cup, roti sisir sebungkus) = Rp. 20.000
Total = Rp. 62.000
Oiya satu lagi, kalo ternyata informasi angkot di internet nggak jelasin dimana dapat angkotnya, tanya ke polisi atau satpam terdekat. Saya pribadi nggak sreg kalo nanya ke sembarang orang yang saya ditemui di jalan semisal pedagang asongan, pemilik warung, atau tukang becak.
See you on my next post :DDD
XO
Komentar
Posting Komentar