Langsung ke konten utama

Kabur ke 'Hutan Kota Malabar'

Hari Minggu kemarin kayaknya saya jadi manusia paling sibuk sedunia. Dunia saya sendiri maksudnya. Pagi ikut jalan sehat di tempat kerja, siangan dikit hunting foto di hutan kota, dan sorenya hadir di gathering fandom lanjut nanem benih bunga matahari. Malamnya rebahan males-malesan sambil sekrol twitter nyari meme (ini unfaedah sekali). Anyway yang mau saya jadikan sorotan di postingan ini tentu saja kegiatan hunting foto di 'Hutan Kota Malabar'. Ceritanya saya udah bosen nungguin undian door prize pasca jalan sehat karena udah yakin nggak bakal dapet seperti jalan sehat-jalan sehat sebelumnya. Jadilah saya ngajak my partner in crime untuk melarikan diri ke 'Hutan Kota Malabar'. Satu-satunya foto yang saya ambil di venue jalan sehat xD Kami, eh tepatnya saya sih, dari dulu udah pingin banget nengok salah satu hutan kota yang ada di Malang ini. Cuman nggak jadi-jadi terus, entah alasannya apa saya lupa sangking banyaknya. Berhubung teman saya ini mau nikah akhir

Surga di Barat Pantai Balekambang


Pantai Balekambang, entah sudah berapa kali saya berkunjung kesana. Pantai ini memiliki keistimewaan buat saya karena merupakan pantai pertama yang saya kunjungi. Saya berkunjung ke pantai Balekambang waktu masih duduk di bangku kelas dua sekolah dasar. Ikut rekreasi karyawan tempat bapak saya bekerja. Waktu itu hutan di sekeliling pantai masih sangat rindang dan hijau. Pantainya sudah ramai karena memang bagus dan merupakan satu-satunya pantai tersohor di Malang. Kalo sekarang kan banyak banget pantai-pantai baru yang dieksplor sampe saya bingung sama nama-namanya. Hahahaha. Mungkin karena masih kecil kenal pantai duluan daripada gunung, gedenya saya jadi anak pantai dan bukan anak gunung. :p


Kunjungan berikut-berikutnya ikut rombongan sekampung pas libur lebaran. Pernah suatu waktu terjebak kemacetan parah di Balekambang karena libur lebaran, natal, dan tahun baru terjadi di minggu yang sama. Kami sekampung berangkat jam setengah enam pagi, pulang jam dua pagi hari berikutnya. Beneran. Bener-bener macet total karena semua pada liburan ke Balekambang (pantai-pantai lain belum tereksplor). Pakde saya yang waktu itu nyetir mobil, nggak sempat menginjakkan kaki ke pantai karena harus nyetir mobil yang nggak dapat parkir (bersama dengan ratusan sopir di kendaraan lain).


Libur lebaran tahun ini berkunjung ke pantai Balekambang lagi. Perbedaan kunjungan tahun ini dengan tahun-tahun sebelumnya adalah:
1. Nggak rombongan sekampung.
1. Saya nggak nyebur ke laut karena jadi tukang foto. Dulu yang jadi tukang foto (pake tustel) kalo nggak bapak ya ibuk saya, saya nyebur ke laut. Sekarang gantian, ibuk saya yang nyebur ke laut dan saya yang motoin. Bapak saya is too shy to nyebur ke laut.
2. Nggak macet parah kayak dulu karena pantai-pantai lain sudah tereksplor dan jalan lintas selatan Jawa Timur sudah jadi.
3. Generasi kekinian jarang yang piknik ke pantai Balekambang. Kebanyakan ya yang bukan anak gaul. Hehehehe, saya bukan anak gaul juga berarti, hehehehe.

Ada sebuah pura di pantai Balekambang. Kata temen saya kalo belum sempat ke Bali, ke pantai Balekambang aja kalo mau lihat pura. Waktu masuk ke kawasan pura, kesan yang saya dapat adalah B aja alias biasa aja. Terlalu banyak orang yang antri untuk foto-foto. Pura utamanya digembok, hanya diperuntukkan untuk ibadah. Air di bawah jembatan menuju pura warnanya ijo emerald, di dasarnya banyak batu-batu karang.

Paling bagus ya difoto dari jauh begini

Nah, dari atas jembatan menuju pura inilah saya menemukan surga di sebelah barat pantai Balekambang. Surga berupa pantai (juga) yang keindahannya nggak jauh beda dengan Balekambang tapi karena nggak terlalu banyak orang maka jadi terlihat lebih indah. Wk. Namanya pantai Dali Putih. Tiket masuk hanya lima ribu rupiah saja.

Begitu masuk ke pantai Dali Putih..........langsung berasa jadi Goo Junpyo yang punya pantai pribadi. Kkk~

Almost paradiseeeeee~~~ *ceritanya nyanyi*

Hewan-hewan seperti kepiting dan keong mudah ditemui di pantai Dali Putih. Kepitingnya sewarna pasir, ukuran badannya seuang logam seratus rupiah (tapi elips), larinya cepet banget astaga susah ditangkap dan susah difoto maupun direkam. Sementara keongnya mudah ditangkap. Ukuran keongnya kecil-kecil.

Foto kiriman apriluana el (@ellloka) pada

Landmark pantai ini adalah jembatan putus. Mirip dengan jembatan menuju pura di pantai Balekambang, tapi yang di Balekambang jembatannya nggak putus.

Tempat asyique buat foto-foto XD (cr: ellloka)

Saya nggak tau pasti kenapa orang-orang sebanyak itu di pantai Balekambang nggak ngeh ada pantai yang lebih sepi di sebelah barat. Mungkin mereka keasikan main ombak, mungkin mereka keasikan foto-foto di pura sampe lupa nengok ke barat, mungkin mereka nggak mau bayar tiket masuk lagi hanya untuk main ke pantai lagi, atau mungkin mereka nggak suka pantai yang sepi. Selera orang beda-beda sih ya hahaha.

See you on my next post!

XO

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kabur ke 'Hutan Kota Malabar'

Hari Minggu kemarin kayaknya saya jadi manusia paling sibuk sedunia. Dunia saya sendiri maksudnya. Pagi ikut jalan sehat di tempat kerja, siangan dikit hunting foto di hutan kota, dan sorenya hadir di gathering fandom lanjut nanem benih bunga matahari. Malamnya rebahan males-malesan sambil sekrol twitter nyari meme (ini unfaedah sekali). Anyway yang mau saya jadikan sorotan di postingan ini tentu saja kegiatan hunting foto di 'Hutan Kota Malabar'. Ceritanya saya udah bosen nungguin undian door prize pasca jalan sehat karena udah yakin nggak bakal dapet seperti jalan sehat-jalan sehat sebelumnya. Jadilah saya ngajak my partner in crime untuk melarikan diri ke 'Hutan Kota Malabar'. Satu-satunya foto yang saya ambil di venue jalan sehat xD Kami, eh tepatnya saya sih, dari dulu udah pingin banget nengok salah satu hutan kota yang ada di Malang ini. Cuman nggak jadi-jadi terus, entah alasannya apa saya lupa sangking banyaknya. Berhubung teman saya ini mau nikah akhir

Liked Tweets #1: Traveling, Health, Family, and Ray

cr: mohammad_hassan on Pixabay.com Jumat kemarin saya nggak sengaja lihat angka twit-twit yang pernah saya like dan kaget dong angkanya 400 lebih. Isinya kebanyakan artikel yang judulnya menarik menurut saya, dikumpulin di 'Likes' untuk dibaca kalau lagi senggang. Nyatanya ya nggak dibaca-baca sampai Jumat kemarin hahaha. Dalam rangka merampingkan angka liked tweets (yang buat saya pribadi penting karena saya nggak suka 'Likes' kebanyakan soalnya nanti twit yang beneran penting banget pasti kekubur), saya mulai baca satu per satu twit yang pernah saya like itu. Supaya isi artikel nggak menguap, maka saya tulis ulang di blog ini hehehe. Topiknya campur-campur seperti yang ada di judul postingan ini. Cus~~~ Traveling Masa Kini menurut Trinity Trinity adalah travel writer perempuan dari Indonesia. Buku-bukunya pernah saya review di postingan-postingan ini: [Books] Quick Review The Naked Traveler 1-4 [Books] My Opinion about The Naked Traveler 1 YEAR Round-the-World-Trip

Sierra Burgess is A Loser: Terlalu Manis untuk Disinisin

Hulaaa! Hari ini saya mau bahas tentang sebuah film remaja dari Netflix yang judulnya sudah tertera di judul postingan ini. Tumben nulis satu film di satu postingan, biasanya beberapa film dirapel jadi satu? Hehehe lagi rajin. Postingan ini boleh dibilang sebagai review, tentunya review level recehan. Review sungguhan biarlah menjadi tugas para kritikus film di berbagai website bereputasi. Sebenarnya nggak ada hal baru yang diangkat di film ini. Topiknya masih tentang krisis percaya diri remaja, geng-gengan di sekolah, dan cinta monyet ala anak SMA. Buat yang sudah melewati masa-masa itu pasti nggak akan asing dengan hal-hal tersebut. Ternyata remaja dulu dan sekarang ya kurang lebih sama aja masalah yang dihadapi. Sierra Burgess seorang anak SMA yang tidak populer (and she dgaf about it) , cerdas, menjadi anak emas di pelajaran bahasa karena keindahan puisi karyanya, dan sesungguhnya sedang berada di dalam perang melawan ketidakpedean di dalam benaknya. Berbeda dengan Veronica seorang