Langsung ke konten utama

Kabur ke 'Hutan Kota Malabar'

Hari Minggu kemarin kayaknya saya jadi manusia paling sibuk sedunia. Dunia saya sendiri maksudnya. Pagi ikut jalan sehat di tempat kerja, siangan dikit hunting foto di hutan kota, dan sorenya hadir di gathering fandom lanjut nanem benih bunga matahari. Malamnya rebahan males-malesan sambil sekrol twitter nyari meme (ini unfaedah sekali). Anyway yang mau saya jadikan sorotan di postingan ini tentu saja kegiatan hunting foto di 'Hutan Kota Malabar'. Ceritanya saya udah bosen nungguin undian door prize pasca jalan sehat karena udah yakin nggak bakal dapet seperti jalan sehat-jalan sehat sebelumnya. Jadilah saya ngajak my partner in crime untuk melarikan diri ke 'Hutan Kota Malabar'. Satu-satunya foto yang saya ambil di venue jalan sehat xD Kami, eh tepatnya saya sih, dari dulu udah pingin banget nengok salah satu hutan kota yang ada di Malang ini. Cuman nggak jadi-jadi terus, entah alasannya apa saya lupa sangking banyaknya. Berhubung teman saya ini mau nikah akhir

[Malaysia Part 1] Akhirnya Terbang~~


Saya dicap sebagai anak rumahan. Bahkan banyak yang bilang saya rumahannya kebacut. Di saat teman-teman sebaya udah ngerasain mudik naik kereta atau bus umum di usia belasan tahun, saya baru merasakan naik kereta pertama kali di usia dua puluh sekian tahun.

Tersinggung nggak dibilang anak rumahan kebacut? Nggak karena memang kenyataannya demikian WAKAKAKAKAK. Gapapa rumahan kebacut yang penting rezeki ngalir terus ehehehehe.

Ngomongin soal rezeki, saya mau berbagi pengalaman ke Malaysia bulan November kemarin. Saya mencoba mengorek memori dan menuliskannya menjadi beberapa postingan. Harus dibuat spesial karena ini kali pertama ke luar negeri. Dan maklumin kalau misalnya nanti terkesan norak. XD


Persiapan utama yang saya lakukan sebelum naik pesawat: packing! Heboh browsing benda-benda apa saja yang boleh dibawa ke kabin pesawat, terutama benda cair. Tiket pesawat pulang-pergi, tiket hotel, paspor, dan uang ringgit saya cek berkali-kali biar nggak tertinggal. Benda-benda lain seperti pakaian nggak usah dibahas disini lah ya, pokoknya total berat tas punggung nggak lebih dari 7 kg (tau dong saya naik maskapai apa wkwk). OH IYA! SAYA BAWA PERMEN KARET!

Begitu masuk bandara Juanda, saya nggak sempat celingak-celinguk karena waktu menuju keberangkatan sudah mepet. Untungnya sudah check in online jadi tinggal ke bagian customs dan imigrasi. Saya cuma ber-ooh dalam hati, "ooh begini toh cek barang di bandara, ooh begini toh interogasi petugas imigrasi".

Singkat cerita saya sudah di dalam pesawat. Naik pesawat pertama kali rasanya..........deg-degan! Deg-degan kuatir telinga sakit, deg-degan mabuk udara, deg-degan eksaytid karena sebentar lagi ada di negeri orang, campur aduk jadi satu! Pesawat maju kerasa, pesawat mundur kerasa, pesawat belok kerasa, pesawat take off kerasa, pesawat kena turbulensi kerasa, pesawat bergemeretak kayak ada dementor lewat kerasa, pesawat landing kerasa, pesawat berhenti pun kerasa (hahaha yaiya neng!). Secara umum rasanya kayak naik roller coaster tapi roller coaster-nya melaju lambat (padahal kecepatan pesawat rata-rata 300 km/jam!).


Deg-degan mabuk udara hanya menjadi sebuah deg-degan belaka. Saya mensugesti diri sendiri supaya rileks dan tetap sehat. Ya masa di darat dan laut nggak pernah mabuk, di udara malah mabuk?? Kan nggak asik bre. Deg-degan telinga sakit saya antisipasi dengan mengunyah permen karet. Alhamdulillah ampuh!

Saya penasaran alasan kenapa telinga sakit saat take off maupun landing. Saya kutip dari buku 'Mengapa?' oleh Crispin Boyer, alasannya begini:

Ke dalam kabin pesawat dipompakan udara untuk meniru ketinggian sekitar 7000 kaki (2 km), bukan permukaan laut, dan pesawat butuh kira-kira 20 menit sebelum mencapai kecepatan terbang dan setelan tekanan interiornya. Ini berarti penumpang biasanya mengalami penurunan tekanan udara secara bertahap pada awal penerbangan dan peningkatan bertahap pada akhir penerbangan, selama bandara tujuan terletak di ketinggian di bawah 2 km dari permukaan laut. Perubahan tekanan secara bertahap itu serupa dengan yang kamu rasakan ketika berkendara menaiki ataupun menuruni gunung atau menaiki lift yang naik atau turun di gedung tinggi dengan cepat. 
Di belakang gendang telinga terdapat ruang-ruang kecil terisi udara yang terhubung dengan tekakmu melalui saluran-saluran kecil. Ketika tekanan udara di luar gendang telingamu berubah, udara bergerak melalui saluran-saluran kecil guna menyamakan tekanan di dalam telingamu. Gerakan udara itu menciptakan sensasi pengang. Terkadang, bila kamu sedang pilek atau menderita alergi yang menyebabkan ruang-ruang kosong di kepalamu tersumbat, telingamu tidak akan menyamakan tekanan dengan cukup cepat, sehingga telingamu lebih parah pengangnya dan terasa nyeri hebat sewaktu udara menekan gendang telingamu.

Back to the story. Setelah pesawat berhenti sempurna, saatnya keluar dan menginjakkan kaki di negeri Jiran.

Assalamualaikum Kuala Lumpur! Assalamualaikum Malaysia!

to be continued...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ashton Kutcher's Best Movies

Berawal dari nonton film 'No Strings Attached'. Saya kemudian cari informasi film-film apa saja yang aktor utamanya Ashton Kutcher. Kenapa Ashton Kutcher? Because of that damn good looking face, what else?  😆 Ketemulah enam film. Dua di antaranya saya nggak terlalu suka, yaitu 'Dude, Where's My Car' (2000) dan 'What Happen in Vegas' (2008). 'Dude, Where's My Car'  bergenre komedi. Mungkin di tahun film itu rilis becandaan di dalamnya tergolong kocak dan banyak yang suka. Tapi kalau ditonton sekarang, film itu bego banget. Dua orang pemuda yang semalaman habis pesta sampai mabok di rumah pacarnya, seharian mencari mobil yang lupa diparkir dimana. Seharian itu mereka bertemu dengan orang yang aneh-aneh. Kalau bukan karena Ashton yang main, saya nggak mau nonton sampai selesai. Film kedua, 'What Happen in Vegas', lawan mainnya Cameron Diaz. Genre romantic comedy . Ceritanya sederhana dengan ending yang bisa ditebak. Dua orang yang sama-sama

3 Signoras in 'Signora Pasta Malang'

Hulaaa!!  H-1 sebelum puasa kemarin, saya dan dua orang kolega (halah) mendadak pingin makan makanan enak. Karena saya akhir-akhir ini lagi suka banget eksplor makanan negara lain, saya ngajak makan makanan Italia. Teman saya nemu satu cafe ala Italia yang oke, namanya 'Signora Pasta Malang'. Sedangkan satunya lagi a.k.a senior kami berdua, ngikut aja maunya remaja-remaja gemes kayak kami ini. 'Signora Pasta Malang' terletak di Jl. Lasem No. 7 Oro-oro Dowo Kota Malang, dan masih baru banget dibuka di kota Malang (tanggal 14 April 2018). 'Signora Pasta Malang' adalah cabang dari 'Signora Pasta'. 'Signora Pasta' dibangun pada tahun 2011 oleh seorang Italian chef bernama Signore Pino dan istrinya Maria. Tempatnya homey banget, bersih, nyaman, rapi, dan memanjakan mata. Dinding cafe ini didekorasi dengan lukisan-lukisan khas Italia, botol-botol wine , foto-foto dokumentasi pemilik cafe , dan kliping surat kabar yang memberitakan tentang 'Sig

Meteor Garden 2018: Versi Imut Meteor Garden 2001

Mari mulai dengan bernostalgia. Kenal 'Meteor Garden' Taiwan umur berapa? Kelas berapa? Kalau saya kelas lima SD wkwk. Itu pun 'Meteor Garden II'. Tau ada drama itu dari teman sekelas. Dia pindahan dari luar kota. Punya kakak cewek. Hmmm...nggak heran bisa tau ada drama percintaan yang tayang jam 9 malam. Saking cintanya dia sama 'Meteor Garden', tempat pensilnya ditulisin nama-nama F4 pakai tipe-x. Jangan tanya nulisnya bener apa nggak: Vanness Wu jadi Venes Zu, Jerry Yan jadi Zeri Yen. HAHAHAHAHA. Sebagai bocah bau kencur yang hidup di jaman dimana wartel lebih menjamur dibanding warnet, beli majalah harus keluar ke kecamatan dulu, dan punyanya kakak laki yang doyannya nonton balap mobil, informasi dari teman tersebut sangat berfaedah sekali. Dear my friend, kalau kamu baca ini, percayalah meskipun aku menertawai kealayanmu dulu, aku lebih alay  aku sungguh sangat berterima kasih karena dirimu telah membuka wawasanku. Singkat cerita, saya jatuh cinta juga sam