Langsung ke konten utama

Kabur ke 'Hutan Kota Malabar'

Hari Minggu kemarin kayaknya saya jadi manusia paling sibuk sedunia. Dunia saya sendiri maksudnya. Pagi ikut jalan sehat di tempat kerja, siangan dikit hunting foto di hutan kota, dan sorenya hadir di gathering fandom lanjut nanem benih bunga matahari. Malamnya rebahan males-malesan sambil sekrol twitter nyari meme (ini unfaedah sekali). Anyway yang mau saya jadikan sorotan di postingan ini tentu saja kegiatan hunting foto di 'Hutan Kota Malabar'. Ceritanya saya udah bosen nungguin undian door prize pasca jalan sehat karena udah yakin nggak bakal dapet seperti jalan sehat-jalan sehat sebelumnya. Jadilah saya ngajak my partner in crime untuk melarikan diri ke 'Hutan Kota Malabar'. Satu-satunya foto yang saya ambil di venue jalan sehat xD Kami, eh tepatnya saya sih, dari dulu udah pingin banget nengok salah satu hutan kota yang ada di Malang ini. Cuman nggak jadi-jadi terus, entah alasannya apa saya lupa sangking banyaknya. Berhubung teman saya ini mau nikah akhir

Picky Eater

Semua makhluk hidup pasti perlu makan. Kenapa sih kita perlu makan?

"Tubuhmu adalah mesin berkinerja tinggi, yang perlu bahan bakar. Bahan bakar itu berupa zat gizi (vitamin, mineral, karbohidrat, dan lemak) dalam makanan. Melalui proses pencernaan, tubuhmu mengubah karbohidrat menjadi energi dan protein menjadi balok pembangun untuk membantumu tumbuh lebih tinggi, membangun otot, mencegah penyakit, dan memiliki rambut, gigi, serta kulit yang sehat. Tentu saja bahan bakar terbaik adalah makanan yang sehat. Kalau kamu hanya makan makanan sampah, mesin tubuhmu nanti rusak." (dikutip dari buku 'Mengapa?' karya Crispin Boyer)

Miliaran manusia di dunia pasti punya selera makan yang berbeda-beda. Ada yang pemakan segala, ada yang sukanya daging aja, ada yang sukanya sayuran aja, ada yang suka pedes, ada yang nggak bisa makan makanan pedes, dan lain lain.


Saya sendiri nggak terlalu suka daging, lebih milih sayuran. Bukan vegetarian juga sih, susu dan telur saya masih mau. Daging ayam, sapi, atau kambing pun KADANG masih mau. Aneka ikan dan seafood saya nggak doyan sama sekali. *kemudian muncul segala nasehat tentang manfaat ikan dan seafood bagi tubuh manusia*



Nggak tau kapan bermulanya dan karena apa saya nggak doyan ikan-ikanan itu bermula. Kayaknya dari kecil deh tapi nggak tau tepatnya dari umur berapa. Menurut saya ikan dan seafood itu amis.

"Masak sih? Ikan itu nggak amis lho."

Ya buat yang doyan sih nggak amis. Analoginya, yang doyan durian pasti juga nggak merasa kebauan. I'm totally fine with durian's aroma because I like durian. Buat yang nggak doyan bau dikit aja udah mau pingsan atau muntah kan?

Analogi yang lain misalnya terong. Saya dan sodara saya suka makan terong. Teman sodara saya nggak suka makan terong tapi suka makan ikan. Suatu hari teman sodara saya ini maksa sodara saya makan ikan. Ya nggak mau dong wong sodara saya juga nggak doyan ikan dengan alasan amis juga. Temannya nggak terima, katanya ikan nggak amis. Terus sodara saya bales maksa temannya itu makan terong. Dia nggak mau. LOL. KENAPA TADI MAKSA DEH. XD Alasannya nggak suka terong karena terong rasanya tlunyur-tlunyur di tenggorokan, licin-licin geli gitu. Padahal menurut saya dan sodara saya ya nggak.


See? Sekali lagi, selera makan orang beda-beda. Saya sungguh mengapresiasi orang-orang yang mau menghormati selera makan orang lain.
Saya suka sebel sama orang yang rese sama selera makan saya. Berusaha sekuat tenaga supaya saya makan ikan pada akhirnya. Berusaha sekuat tenaga membuktikan kalau ikan itu nggak amis (dari sudut pandang dia sendiri) (sayangnya). Hih. Padahal orangtua saya aja nggak pernah maksa-maksa kayak gitu.

Lebih sebel lagi sama yang suka bilang "aduh kamu kasihan banget tiap hari makan tahu tempe doang, padahal daging sama ikan enak lho." Dude, let me tell you something. Rasa kasihan itu harus disalurkan pada objek yang tepat, misalnya kasihan ke anak-anak di Afrika yang busung lapar, dilanjutkan dengan memberi bantuan seikhlasnya. Dapat pahala. Nggak dapat dosa soalnya nggak bikin sakit hati orang yang diresein selera makannya.

Wkwkwkwkwk.

Ada lagi yang sangat menyebalkan. Gabungan dari suka maksa dan suka mengasihani, plus suka sok lupa. Jadi tiap makan pertanyaannya sama, "kamu kenapa nggak makan ayam? kamu kenapa nggak makan ikan?". Mengajukan pertanyaan seperti itu di setiap acara makan bikin saya langsung kenyang. Kenyang yang nggak wajar.


Dulu masih saya jawab. Lama-kelamaan saya milih untuk diam nggak menjawab. Capek. Dulu-dulu udah sering jelasin tapi ujung-ujungnya (sok) lupa. Daripada buang-buang energi untuk jawab atau marah-marah mending saya diam.

Karena dalam kasus saya ini, menurut saya, diam itu emas.

Trims.

*

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kabur ke 'Hutan Kota Malabar'

Hari Minggu kemarin kayaknya saya jadi manusia paling sibuk sedunia. Dunia saya sendiri maksudnya. Pagi ikut jalan sehat di tempat kerja, siangan dikit hunting foto di hutan kota, dan sorenya hadir di gathering fandom lanjut nanem benih bunga matahari. Malamnya rebahan males-malesan sambil sekrol twitter nyari meme (ini unfaedah sekali). Anyway yang mau saya jadikan sorotan di postingan ini tentu saja kegiatan hunting foto di 'Hutan Kota Malabar'. Ceritanya saya udah bosen nungguin undian door prize pasca jalan sehat karena udah yakin nggak bakal dapet seperti jalan sehat-jalan sehat sebelumnya. Jadilah saya ngajak my partner in crime untuk melarikan diri ke 'Hutan Kota Malabar'. Satu-satunya foto yang saya ambil di venue jalan sehat xD Kami, eh tepatnya saya sih, dari dulu udah pingin banget nengok salah satu hutan kota yang ada di Malang ini. Cuman nggak jadi-jadi terus, entah alasannya apa saya lupa sangking banyaknya. Berhubung teman saya ini mau nikah akhir

Liked Tweets #1: Traveling, Health, Family, and Ray

cr: mohammad_hassan on Pixabay.com Jumat kemarin saya nggak sengaja lihat angka twit-twit yang pernah saya like dan kaget dong angkanya 400 lebih. Isinya kebanyakan artikel yang judulnya menarik menurut saya, dikumpulin di 'Likes' untuk dibaca kalau lagi senggang. Nyatanya ya nggak dibaca-baca sampai Jumat kemarin hahaha. Dalam rangka merampingkan angka liked tweets (yang buat saya pribadi penting karena saya nggak suka 'Likes' kebanyakan soalnya nanti twit yang beneran penting banget pasti kekubur), saya mulai baca satu per satu twit yang pernah saya like itu. Supaya isi artikel nggak menguap, maka saya tulis ulang di blog ini hehehe. Topiknya campur-campur seperti yang ada di judul postingan ini. Cus~~~ Traveling Masa Kini menurut Trinity Trinity adalah travel writer perempuan dari Indonesia. Buku-bukunya pernah saya review di postingan-postingan ini: [Books] Quick Review The Naked Traveler 1-4 [Books] My Opinion about The Naked Traveler 1 YEAR Round-the-World-Trip

Sierra Burgess is A Loser: Terlalu Manis untuk Disinisin

Hulaaa! Hari ini saya mau bahas tentang sebuah film remaja dari Netflix yang judulnya sudah tertera di judul postingan ini. Tumben nulis satu film di satu postingan, biasanya beberapa film dirapel jadi satu? Hehehe lagi rajin. Postingan ini boleh dibilang sebagai review, tentunya review level recehan. Review sungguhan biarlah menjadi tugas para kritikus film di berbagai website bereputasi. Sebenarnya nggak ada hal baru yang diangkat di film ini. Topiknya masih tentang krisis percaya diri remaja, geng-gengan di sekolah, dan cinta monyet ala anak SMA. Buat yang sudah melewati masa-masa itu pasti nggak akan asing dengan hal-hal tersebut. Ternyata remaja dulu dan sekarang ya kurang lebih sama aja masalah yang dihadapi. Sierra Burgess seorang anak SMA yang tidak populer (and she dgaf about it) , cerdas, menjadi anak emas di pelajaran bahasa karena keindahan puisi karyanya, dan sesungguhnya sedang berada di dalam perang melawan ketidakpedean di dalam benaknya. Berbeda dengan Veronica seorang