Hari Minggu kemarin kayaknya saya jadi manusia paling sibuk sedunia. Dunia saya sendiri maksudnya. Pagi ikut jalan sehat di tempat kerja, siangan dikit hunting foto di hutan kota, dan sorenya hadir di gathering fandom lanjut nanem benih bunga matahari. Malamnya rebahan males-malesan sambil sekrol twitter nyari meme (ini unfaedah sekali). Anyway yang mau saya jadikan sorotan di postingan ini tentu saja kegiatan hunting foto di 'Hutan Kota Malabar'. Ceritanya saya udah bosen nungguin undian door prize pasca jalan sehat karena udah yakin nggak bakal dapet seperti jalan sehat-jalan sehat sebelumnya. Jadilah saya ngajak my partner in crime untuk melarikan diri ke 'Hutan Kota Malabar'. Satu-satunya foto yang saya ambil di venue jalan sehat xD Kami, eh tepatnya saya sih, dari dulu udah pingin banget nengok salah satu hutan kota yang ada di Malang ini. Cuman nggak jadi-jadi terus, entah alasannya apa saya lupa sangking banyaknya. Berhubung teman saya ini mau nikah akhir
[This post contains spoiler]
source: @beourguest on twitter |
Kalau nggak salah ingat, film kartun klasik tentang Disney Princess pertama yang saya tonton adalah 'Cinderella'. Waktu itu saya masih SD dan akses film hanya dari sewa VCD. Nonton semua film kartun klasik Disney Princess sampai pol baru kelar tahun lalu. Salah satunya 'Beauty and the Beast'.
Sebenarnya saya dulu memandang sebelah mata film kartun klasik 'Beauty and the Beast'. Karena ya nggak suka aja masa pangerannya berbulu, bertanduk, dan bertaring. Begitu nggak ada stok film lain yang ditonton, terpaksalah nonton 'Beauty and the Beast'..........dan saya jatuh cinta dengan film dan karakter di dalamnya. #KarmaDoesExist
Belle masuk menjadi princess favorit saya bersanding dengan Merida, Rapunzel, Mulan, dan Tiana. Saya suka karakter Belle yang cerdas dan suka mempelajari hal-hal baru. Tokoh-tokoh perabot istana yang hidup juga menarik perhatian saya, lucu dan bikin gemez apalagi pas lagu 'Be Our Guest'.
Kemudian datanglah versi live action 'Beauty and the Beast' yang rilis secara resmi tanggal 17 Maret kemarin. FIX HARUS NONTON!
So, how do I think about Beauty and the Beast live action? IT'S SO MAGICAL, AS MAGICAL AS THE CLASSIC VERSION!
Visual latar tempatnya sungguh-sungguh indah
Mulai dari istana Beast, desa tempat tinggal Belle, sampai hutan belantara yang memisahkan istana Beast dengan desa Belle. Aduh pokoknya kalau nonton jangan terlalu fokus baca subtitle-nya deh, pemandangan latar tempatnya terlalu menawan untuk dilewatkan.
Jalan ceritanya sama dengan versi kartun klasik
Tipikal happy ending fairy tale. Ada sih tambahan cerita masa lalu Beast dan Belle yang nggak ada di kartun klasik, bumbu film lah biar makin greget. Nyanyi-nyanyinya juga saya suka banget huhuhu terngiang-ngiang sampai sekarang. Padahal pas nonton kartun klasiknya nggak inget lagu-lagunya sama sekali lol.
Emma Watson bisa nyanyi ya ternyata, baru tau
Saya nggak peduli sih suara Emma asli bagus atau auto tune, yang jelas dia membawakan karakter Belle dengan sangat baik dan berhasil membuat saya lupa dengan Hermione Granger.
Jujur saya baru tau ada aktor namanya Dan Stevens ya di film ini
HAHAHAHA. Waktu berubah jadi manusia di akhir film sumpah wajahnya tengil dan memang menggambarkan kalau Beast dulunya adalah pangeran ganteng tapi sombong. Beast versi manusia di film kartun klasik wajahnya terlalu kalem, bikin saya nggak percaya kalau dia sombong sebelum dikutuk jadi makhluk berbulu dan bercakar.
Luke Evans astagaaa ganteng banget jadi Gaston
Secara Gaston di versi kartun klasik kan agak membuat risih gimana gitu ya apalagi pas pamer bulu dada. Untungnya scene pamer bulu dada nggak dilakukan Gaston di versi live action.
source: movies.disney |
Maurice alias ayahnya Belle, karakternya nggak "segila" Maurice di versi kartun klasik
Maurice di live action ini lebih berwibawa. Saya sempat berkaca-kaca pas adegan Maurice menghibur Belle yang dikatain aneh sama orang-orang kampung hanya karena Belle suka baca buku. Orang-orang kampung itu pikirannya sesempit kampung mereka, jadi kalau ada orang yang pikirannya luas seperti Belle dianggap aneh dan beda. Maurice menghibur putri satu-satunya sambil bernostalgia mengenang istrinya yang sudah meninggal. Mungkin kalau saya nontonnya sendirian di kamar gitu air mata ini sudah berlelehan. Wkwkwkw.
Perabot-perabot istana bikin gemes
Apalagi Cogsworth, duh jam gembul kesayangan. Lalu ada Lumiere yang sangat kental logat Prancisnya. Plumette jadi anggun gitu warna putih bulu angsa. Mrs. Potts keibuan sekali as always. Chip pingin kukarungin dan kubawa pulang. Dan perabot-perabot lain yang saya lupa namanya hahaha, kalian semua unyuk. Walaupun ada yang bilang kalian kurang lucu, percayalah aku puas dengan efek animasi yang diterapkan ke kalian semua. Dan oh...iya lagu 'Be Our Guest'! Bagian yang paling saya nantikan di film ini. Fantastic! Sesuai ekspektasi (saya). Luv! Udah itu aja. ❤
source: movies.disney |
Eh ada satu lagi ding, ini bikin saya hampir mewek lagi. Adegan perabot-perabot istana kembali ke wujud manusia. Antara terharu mereka akhirnya bertemu dengan orang-orang yang dicintai, atau karena efeknya yang menurut saya wow. Nggak jelas juga pokoknya rasanya pingin nangis haru tapi malu karena nggak ada yang nangis sist sebioskop wakakak. Yaiyaaaaa emangnya nonton Habibi Ainun.
LGBT
Pertama yang saya sadar itu waktu tiga orang lelaki dari desa tempat Belle tinggal, menyerbu istana tapi kemudian mereka didandani pakai baju wanita sama lemari ajaib (namanya siapa sih lemari ini kok lupa). Satu di antaranya nyengir senang seolah akhirnya nemu jati diri yang sebenarnya lolol. Kedua, waktu pesta dansa di akhir film. Le Fou secara nggak sengaja berpasangan dengan seorang lelaki (entah lelaki yang sebelumnya didandani atau bukan). Pandangan mereka bertemu dan yah you know bagaimana kalau lakik doyan lakik saling berpandangan. Tapi di dunia nyata, Josh Gad yang jadi Le Fou orangnya straight, yang gay justru Luke Evans.
source: movies.disney |
Kiss Scene
Nggak heboh, cuma sekali, biasa aja dan durasinya nggak lama. Aman untuk ditonton bersama anak-anak.
Komentar
Posting Komentar