Langsung ke konten utama

Kabur ke 'Hutan Kota Malabar'

Hari Minggu kemarin kayaknya saya jadi manusia paling sibuk sedunia. Dunia saya sendiri maksudnya. Pagi ikut jalan sehat di tempat kerja, siangan dikit hunting foto di hutan kota, dan sorenya hadir di gathering fandom lanjut nanem benih bunga matahari. Malamnya rebahan males-malesan sambil sekrol twitter nyari meme (ini unfaedah sekali). Anyway yang mau saya jadikan sorotan di postingan ini tentu saja kegiatan hunting foto di 'Hutan Kota Malabar'. Ceritanya saya udah bosen nungguin undian door prize pasca jalan sehat karena udah yakin nggak bakal dapet seperti jalan sehat-jalan sehat sebelumnya. Jadilah saya ngajak my partner in crime untuk melarikan diri ke 'Hutan Kota Malabar'. Satu-satunya foto yang saya ambil di venue jalan sehat xD Kami, eh tepatnya saya sih, dari dulu udah pingin banget nengok salah satu hutan kota yang ada di Malang ini. Cuman nggak jadi-jadi terus, entah alasannya apa saya lupa sangking banyaknya. Berhubung teman saya ini mau nikah akhir

#PixarCoco: Family Comes First


Yak setelah baca caption postingan kak Icha yang ini akhirnya saya memantapkan hati untuk nonton film Disney Pixar terbaru berjudul 'Coco'. Jauh sebelum postingan kak Icha, foto-foto tengkorak warna-warni 'Coco' sudah berseliweran di search Instagram. Saya pikir itu film lama kan ternyata film baru.

Lucu kerangka manusianya colorful gitu. Jadi inget sugar skull di Sealemon's October doodle challenge tahun lalu.

Karena nggak ada yang bisa diajak nobar 'Coco' akhirnya hari Sabtu kemarin saya nekat nonton sendirian hahaha. Ini pertama kalinya saya ke bioskop sendiri. Sungguh pencapaian yang luar biasa mengingat saya anak yang coward dan awkward kalau jalan sendirian.


Nonton sendirian itu enak ya ternyata wkwkwk. Niatnya nonton yang siang tapi tiketnya abis jadi nonton yang sore. Nggak nyangka kalau bioskopnya rame banget. *long weekend plis*

Sebenarnya nonton hari Sabtu kemarin adalah rapelan dari serangkaian kegiatan. Kegiatan utama adalah trading standee album Seventeen 'Teen,Age' lol. #fangirlslife Kegiatan berikutnya adalah beli buku mumpung habis gajian. Sekalian satu kali keluar berbagai rencana terselesaikan.

Singkat cerita saya sudah di dalam teater. Film dimulai dengan.....cerita tentang Olaf, Anna, dan Elsa. Hzzz. Saya sudah kepo-kepo sedikit di Buzzfeed tentang 'Coco' beberapa hari sebelum nonton sih kalau ada cerita Olaf ini jadinya sepanjang film saya penasaran abis gimana caranya Olaf yang tinggal di Eropa akan muncul di 'Coco' yang berada di Meksiko. Saya kira Olaf akan muncul di film 'Coco' karena tersesat di dalam hutan terus tersedot entah apa sesuatu yang ajaib kemudian dia bertemu dengan tokoh-tokoh film 'Coco'. TERNYATA ENGGAK DONG ALHAMDULILLAH. 😂😂😂

'Olaf's Adventure' ini hanya berupa film pendek macam 'Frozen Fever' dan 'Tangled Ever After'. Jadi buat kamu yang sudah kekenyangan dengan perintilan 'Frozen' bisa bernafas lega karena film ini terpisah sah sah dengan jalan cerita 'Coco'.

Inti cerita 'Coco' adalah tentang perjuangan seorang anak bernama Miguel yang ingin bermusik tapi keinginannya tersebut ditentang keluarga besarnya yang nggak suka musik. Keluarga besarnya punya sebuah trauma dengan musik.

Seperti yang terlihat di poster filmnya, ada beberapa tokoh-tokoh yang berwujud kerangka tulang belulang. Yup Miguel ceritanya masuk ke land of the dead, dunia orang-orang yang sudah meninggal. Karena bukan diproduksi oleh Tim Burton, kerangka-kerangka tulang belulang ini nggak serem sama sekali. Lucu malah. Meriah. Warna-warni dan sangat menyenangkan.

Berlatar tempat di negara Meksiko, beberapa istilah tetap disebutkan dalam bahasa aslinya misalnya hari orang mati tetap disebut Dia de la Muertos (pengucapannya nggak diinggriskan). Terus beberapa kata pendek dalam percakapan juga diucapkan dalam bahasa Spanyol (bahasa resmi Meksiko) misalnya si untuk 'iya'. No problemo kok karena nggak bikin hilang arah jalan cerita.

Melalui film ini saya jadi tau sedikit tentang salah satu budaya Meksiko dalam menghormati kerabat keluarga yang sudah meninggal. Pada malam Dia de la Muertos mereka memasang foto-foto almarhum/almarhumah beserta barang-barang favoritnya di sebuah meja yang disebut ofrenda supaya arwah-arwah tersebut bisa menyebrang dari land of the dead ke land of the living untuk melihat kerabat yang masih hidup.

Di film 'Coco', land of the dead dan land of the living dihubungkan dengan jembatan yang tersusun dari mahkota bunga berwarna oranye. Entah nama bunganya apa. Sejenis krisan mungkin. Arwah-arwah dalam bentuk kerangka tulang belulang ini kalau ingin menyebrang ke land of the living harus melalui petugas yang tugasnya mirip petugas imigrasi bandara. Ada scan wajahnya astaga lucu banget.

Kalau kamu punya impian tapi keluargamu nggak merestui terus kamu mikir mereka egois, tonton film ini (sekalian ajak keluarga, siapa tau dibayarin). Atau kalau Bapak/Ibu nggak merestui impian anak-anaknya maka Bapak/Ibu juga harus nonton film ini. Tema tentang kasih sayang keluarga dan meraih mimpi atau cita-cita dikemas apik.

Dan.............jangan lupa bawa tisu. ;)

*

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ashton Kutcher's Best Movies

Berawal dari nonton film 'No Strings Attached'. Saya kemudian cari informasi film-film apa saja yang aktor utamanya Ashton Kutcher. Kenapa Ashton Kutcher? Because of that damn good looking face, what else?  😆 Ketemulah enam film. Dua di antaranya saya nggak terlalu suka, yaitu 'Dude, Where's My Car' (2000) dan 'What Happen in Vegas' (2008). 'Dude, Where's My Car'  bergenre komedi. Mungkin di tahun film itu rilis becandaan di dalamnya tergolong kocak dan banyak yang suka. Tapi kalau ditonton sekarang, film itu bego banget. Dua orang pemuda yang semalaman habis pesta sampai mabok di rumah pacarnya, seharian mencari mobil yang lupa diparkir dimana. Seharian itu mereka bertemu dengan orang yang aneh-aneh. Kalau bukan karena Ashton yang main, saya nggak mau nonton sampai selesai. Film kedua, 'What Happen in Vegas', lawan mainnya Cameron Diaz. Genre romantic comedy . Ceritanya sederhana dengan ending yang bisa ditebak. Dua orang yang sama-sama

3 Signoras in 'Signora Pasta Malang'

Hulaaa!!  H-1 sebelum puasa kemarin, saya dan dua orang kolega (halah) mendadak pingin makan makanan enak. Karena saya akhir-akhir ini lagi suka banget eksplor makanan negara lain, saya ngajak makan makanan Italia. Teman saya nemu satu cafe ala Italia yang oke, namanya 'Signora Pasta Malang'. Sedangkan satunya lagi a.k.a senior kami berdua, ngikut aja maunya remaja-remaja gemes kayak kami ini. 'Signora Pasta Malang' terletak di Jl. Lasem No. 7 Oro-oro Dowo Kota Malang, dan masih baru banget dibuka di kota Malang (tanggal 14 April 2018). 'Signora Pasta Malang' adalah cabang dari 'Signora Pasta'. 'Signora Pasta' dibangun pada tahun 2011 oleh seorang Italian chef bernama Signore Pino dan istrinya Maria. Tempatnya homey banget, bersih, nyaman, rapi, dan memanjakan mata. Dinding cafe ini didekorasi dengan lukisan-lukisan khas Italia, botol-botol wine , foto-foto dokumentasi pemilik cafe , dan kliping surat kabar yang memberitakan tentang 'Sig

Meteor Garden 2018: Versi Imut Meteor Garden 2001

Mari mulai dengan bernostalgia. Kenal 'Meteor Garden' Taiwan umur berapa? Kelas berapa? Kalau saya kelas lima SD wkwk. Itu pun 'Meteor Garden II'. Tau ada drama itu dari teman sekelas. Dia pindahan dari luar kota. Punya kakak cewek. Hmmm...nggak heran bisa tau ada drama percintaan yang tayang jam 9 malam. Saking cintanya dia sama 'Meteor Garden', tempat pensilnya ditulisin nama-nama F4 pakai tipe-x. Jangan tanya nulisnya bener apa nggak: Vanness Wu jadi Venes Zu, Jerry Yan jadi Zeri Yen. HAHAHAHAHA. Sebagai bocah bau kencur yang hidup di jaman dimana wartel lebih menjamur dibanding warnet, beli majalah harus keluar ke kecamatan dulu, dan punyanya kakak laki yang doyannya nonton balap mobil, informasi dari teman tersebut sangat berfaedah sekali. Dear my friend, kalau kamu baca ini, percayalah meskipun aku menertawai kealayanmu dulu, aku lebih alay  aku sungguh sangat berterima kasih karena dirimu telah membuka wawasanku. Singkat cerita, saya jatuh cinta juga sam